Teori
keperawatan Medeleine Leinenger
Medeleine Leininger membuat
model konseptual tentang pemberian traskultural. Hal ini menghasilkan konsep kerangka
kerja pemberian asuhan transkultural yang mengakui adanya perbedaan
(diversitas), dan persamaan (universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya
yang berbeda.
Beberapa inti dari model teorinya
1. Asuhan
membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang memiliki kebutuhan nyata
agar mampu memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
2. Budaya
diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok
tertentu.
3. Asuhan
transkultural perawat
secara sadar mempelajari norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu
dalam rangka memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu
individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya.
4. Keanekaragaman
asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang kemungkinan tindakan dalam hal
memberikan bantuan dan dukungan.
5. Universalitas
asuhan
kultural merujuk pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan
bantuan dan dukungan.
Hubungan model dan paradigm
keperawatan
1. Manusia:
seseorang yang diberi perawatan dan harus diperhatikan kebutuhannya
2. Kesehatan:
konsep yang penting dalam perawatan transkultural
3. Lingkungan:
tidak didefinisikan secara khusus, namun jika dilihat bahwa telah terwakili dalam
kebudayaan, maka lingkungan adalah inti utama dari teori Leininger
4. Keperawatan:
beliau menyajikan 3 tindakan yang sebangun dengan kebudayaan klien yaitu cultural care preservation,
accomodation dan repaterning.
Hubungan
teori Leininger dengan konsep holism
Holistic
artinya menyeluruh. Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan secara
menyeluruh/holistic care, hal ini dikarenakan objek keperawatan adalah manusia
yang merupakan individu yang utuh sehingga dengan asuhan keperawatan terhadap
individu harus dilakukan secara menyeluruh dan holistic.
Asuhan
holistic maupun menyeluruh, individu diperlakukan secara utuh sebagai individu/
manusia, perbedaan asuhan keperawatan menyeluruh berfokus memadukan berbagai
praktek dan ilmu pengetahuan kedalam satu kesatuan asuhan. Sedangkan asuhan
holistic berfokus pada memadukan sentiment kepedulian dan praktek perawatan ke
dalam hubungan personal-profesional antara perawat dan pasien yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan pasien sebagai individu yang utuh.
Leininger
dengan teori modelnya telah dengan jelas memaparkan bahwa asuhan keperawatan
yang diberikan pada klien atau kelompok harus mengikutsertakan
individu/kelompok secara keseluruhan termasuk aspek bio-psiko-sosio-spiritual
dengan menitikberatkan konsep terapi pada kondisi kultural klien.
Hubungan
teori Leininger dengan konsep humanism
Perawatan
manusia membutuhkan perawat yang memahami prilaku dan respon manusia terhadap
masalah kesehatan yang aktual maupun yang potensial, kebutuhan manusia dan
bagaimana cara berespon kepada orang lain dan memahami kekurangan dan kelebihan
klien dan keluarganya, sekaligus pemahaman kepada dirinya sendiri. Selain itu
perawat memberikan kenyamanan dan perhatian serta empati kepada klien dan
keluarganya, asuhan keperawatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yang
digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien.
Hubungan
dari teori Leininger dan konsep humanism ini bahwa memberikan pelayanan
kesehatan pada klien dengan memandang klien sebagai invidu sebagai personal
lengkap dengan fungsinya
Kelebihan dan
kekurangan teori transcultural dari Leininger
Kelebihan:
1. Teori
ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan
kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang
berbeda.
2. Teori
ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan
teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan
teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori
ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan
praktek keperawatan .
Kelemahan:
1. Teori
transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri
sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari
berbagai macam konseptual model lainnya.
2. Teori
transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.
Tujuan
studi praktek pelayanan kesehatan transkultural adalah meningkatkan pemahaman
atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Dengan
mengidentifikasi praktek kesehatan dalam berbagai budaya (kultur) baik dimasa
lalu maupun zaman sekarang, akan terkumpul persamaan-persamaan, sehingga
kombinasi pengetahuan tentang pola praktek transkultural dengan kemajuan
teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan
orang banyak dari berbagai kultur.