Penderitaan dapat menghubungkan pengalaman dari gejala-gejala yang muncul pada penyakit yang lebih lanjut. Area dalam penelitian ini sebagian besar berhubungan dengan pasien kanker, namun ada beberapa populasi lain yang termasuk didalammnya seperti pasien dengan penyakit gagal jantung berat, peyakit respirasi lanjut dan penyakit yang berhubungan dengan HIV. Tinjauan gejala sangat bervariasi tergantung dengan stadium penyakit, persoalan metode, dan populasi yang diteliti seperti pasien rawat inap atau rawat jalan. Prevalensi dari gejala yang muncul bervariasi tergantung keadaan penyakit, namun yang menarik adalah gejala distress atau sedih sering terjadi pada penyakit non- malignansi maupun kanker. Hal tersebut memperkuat argumen untuk pelayanan perawatan paliatif ditawarkan ke seluruh pasien atas dasar kebutuhan.
A. Prinsip
dari manajemen gejala
Psikologi
individual dan faktor sosial memberikan dampak atas gejala-gejala yang muncul
pada pasien dengan kondisi jangka panjang. Gejala-gejala tersebut potensial memperburuk
penyakit, meningkatkan distress dan hidup dapat menjadi singkat. Penjelasan dan
mengembalikan kepercayaan diri dengan tepat dapat sangat membantu. Pasien dan
keluarga merasa dihargai dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai
terapi simptomatis. Manajemen paliatif atau simptomatis merupakan intervensi
yang sangat luas, dari melatih teknik pernapasan hingga manajemen modifikasi
penyakit seperti pembedahan. Tujuan dari terapi bukan untuk mengobati, namun
agar pasien merasa lebih baik walau hanya sementara.
Keputusan
mengenai tata laksana haruslah sesuai dengan keadaan individu. Beberapa pasien
dapat sangat tidak sehat untuk menjalani terapi. Pasien akan sering memiliki
masalah multipel dan pada situasi ini terapi yang digunakan harus
memprioritaskan dan mempertimbangkan kenyamanan pasien. Ada empat prinsip dari
manajemen gejala, yaitu :
1. Penilaian
gejala
Penilaian Gejala yang akurat esensial untuk mengidentifikasi penyebab dan terapi yang sesuai. Hal tersebut penting untuk mengenali bahwa tidak semua gejala akan menjadi hasil langsung dari proses penyakit. Beberapa akan muncul sebagai hasil dari kelemahan umum, yang lain akan menjadi efek samping dari terapi, tetapi gejala dapat juga muncul secara tiba-tiba dari patologis yang tidak berhubungan. Riwayat gejala terperinci dan pemeriksaan dapat memunculkan pola yang dikenali, merujuk kepada penyebabnya. Hal ini akan memandu terapi dan investigasi yang sesuai. Pada pasien dengan penyakit stadium lanjut, investigasi semestinya hanya dikerjakan apabila gejala tersebut mempengaruhi manajemen terapi. Apabila seorang individu terlalu lemah untuk menerima terapi untuk masalah spesifik, maka kemudian tes invasif untuk mendiagnosis masalah tersebut biasanya tidak dapat dibenarkan.
2. Penjelasan
dengan komunikasi yang baik
Inti dari perawatan paliatif adalah kemampuan komunikasi yang baik. Mendengarkan secara aktif merupakan kemampuan yang membutuhkan latihan, namun tanpa adanya hal tersebut keluhan utama pasien tidak kita dapatkan. Memberikan informasi membutuhkan kemampuan dan latihan yang sama, selain itu dibutuhkan untuk mengalokasikan waktu secukupnya. Masing-masing individu membutuhkan tingkat informasi yang berbeda-beda. Beberapa mungkin hanya mendapatkan informasi yang terbatas terkait dengan diagnosis. Seorang yang profesional perlu memperhatikan hal-hal penting, baik pada saat pemberian informasi maupun berita yang bersifat rahasia. Perawatan yang dilakukan oleh keluarga merupakan hal penting dalam menerapkan terapi holistik pada pasien dan (sesuai dengan persetujuan pasien) jika dimungkinkan harus dibicarakan secara bersama-sama. Cara tersebut dapat mencegah terjadinya situasi dimana pasien dan keluarganya tidak memberikan informasi yang sebenarnya karena mereka melindungi rahasia masing-masing. Kepekaan khusus dibutuhkan pada tahap tertentu dari perjalanan hidup pasien. berita buruk mungkin membutuhkan beberapa waktu untuk disampaikan kepada pasien (misalnya pada saat penyampaian diagnosis, kegagalan terapi dan komplikasi). Pada penyakit yang bersifat jangka panjang, tiap individu membutuhkan dukungan untuk menyuarakan pemikirannya tentang masa depan sehingga mereka mulai dapat membuat rencana untuk mewujudkannya.
3. Terapi
paliatif dengan modifikasi penyakit
Terapi modifikasi
penyakit dapat sangat membantu untuk mengatasi gejala meskipun ketika
pengobatan untuk kesembuhan tidak lagi mungkin. Pada keganasan stadium lanjut, kemoterapi,
radioterapi, terapi hormonal dan pembedahan seluruhnya dapat sesuai dibawah
beberapa kondisi. Hal ini penting ketika mempertimbangkan seperti terapi
paliatif untuk menyeimbangkan keuntungan potensial dengan efek samping. Pada
pasien dengan hemoptisis dari kanker paru, radioterapi atau laser brakiterapi
dapat menawarkan keringanan gejala yang terbaik dan mungkin dapat
dipertimbangkan meskipun di individu yang lemah. Pembedahan juga seharusnya
dipertimbangkan. Sebagai contoh pada pasien dengan fraktur panggul patologis ia
mungkin tidak dapat membungkuk untuk dilakukan blok anestesi regional, fiksasi
pembedahan menjadi kesempatan terbaik untuk mengendalikan nyeri. Pasien dengan gagal ginjal kronis stadium
akhir yang telah menerima bahwa mereka menjelang kematian dapat memilih untuk
memperpanjang kehidupan dengan pergi ke
rumah sakit beberapa kali dalam seminggu untuk hemodialisis dalam rangka
mencegah gejala yang tidak diinginkan.
4. Terapi
simptomatis
Dalam banyak kasus,
pengobatan penyakit mendasar tidaklah mungkin atau tidak dapat dikontrol sendiri
gejalanya. Terapi simptomatis kemudian dibutuhkan. Terapi ini dapat berupa :
a. Farmakologis
Ilustrasi ini menggunakan gejala muntah sebagai contoh. Berbagai penyebab timbulnya gejala muntah meliputi berbagai kelompok reseptor yang berbeda dan terapi terbaik menggunakan anti emesis yang berbeda-beda. Sama seperti nyeri, terkadang obat yang terbaik sama sekali bukanlah obat anti emetik.
a. Non
farmakologis
1) Tehnik
relaksasi untuk serangan sesak napas
2) Posisi
saat tidur untuk mengurangi sekresi dahak yang tertahan
3) Modifikasi
diet pada disfagia
4) Bantuan
mobilisasi pada kelumpuhan
5) Akupunktur
dan acupressure untuk mual
6) Penggunaan
transcutaneus electrical nerve
stimulation (TENS) untuk nyeri
b. Kombinasi dari keduanya
Kontrol gejala akan sering membutuhkan terapi obat, yang mana semestinya disesuaikan terhadap penyebab dari gejala. Terdapat beberapa prinsip dasar bahwa seharusnya memandu seluruh pengresepan untuk gejala-gejala di pasien dengan penyakit stadium lanjut
- Beberapa gejala yang menetap membutuhkan terapi secara teratur, lebih dari yang dibutuhkan agar mencegah munculnya gejala
- Tiap obat baru seharusnya memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan besarnya potensi efek samping yang dimilikinya (sesuai dengan kondisi pasien)
- Harus diupayakan untuk membatasi jumlah penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan kepatuhan
- Obat-obatan yang sekiranya kurang bermanfaat dalam jangka pendek (misalnya, statin) sebaiknya dihentikan.
- Jika pasien mengeluh mual dan muntah, perlu dipikirkan rute pemberian obat yang lain.
- Mengidentifikasi penyebab untuk gejala-gejala tertentu sehingga dapat diberikan terapi simtomatik yang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Addington-Hall,
J., Fakhoury, W. & McCarthy, M. 2008. Specialist Palliative Care In
Non-Malignant Disease. Pall Med., 12:
417-27.
British
Medical Association. 2009. Withholding And Withdrawing Life Prolonging Medical
Treatment. Br Med J. London.
National
Council Of Hospices And Specialist Palliative Care Services. 2005. Specialist Palliative Care : A Statement Of
Definition. 8-21.
The
SUPPORT Principle Investigators. 2005. A Controlled Trial To Improve Care For
Seriously ill Hospitalized Patients. J Am
Med Assoc., 274: 1591-8.
untuk mengerjakan tugas silahkan klik disini