PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan pola pernapasan. Gangguan pernapasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh trauma, alergi, maupun infeksi. Infeksi yang terjadi pada system pernapasan bayi dan anak disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan karena aspirasi ( Ngastiyah, 2015).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi benda asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsulidasi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas,bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan pengendalian penyakit ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronkopneumonia), disebut Pneumonia”saja(Christian, 2016).
Berdasarkan data WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematian-nya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan negara-negara berkembang tetapi juga di Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara-Negara Eropa lainya.Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian nomor satu setelah kardiovaskuler dan TBC
Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas cepat dan tarikan dinding dada. Pada umumnya pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya kuman penyebab pneumonia masuk kesaluran pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung yaitu percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara langsung terhirup oleh orang disekitar penderita.
Banyak kasus yang berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian pneumonia pada balita, baik dari aspek individu anak, orang tua (ibu), maupun lingkungan. Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah yang padat penghuni, pencemaran udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan bakar pada (kayubakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua merupakan factor lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia (Anwar, 2014).
Dari masalah yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan perawat untuk penyakit pneumonia adalah perawat menjadi educator, membantu orangtua untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada anaknya, dengan cara memberikan penjelasan tentang gejala pada penyakit pneumonia, serta tindakan-tindakan yang diberikan dan menghindari factor resiko dari penyakit pneumonia agar tidak mengalami pneumonia berulang, sehingga terjadi perubahan prilaku dari orang tua klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Pneumonia
1. Pengertian Pneumonia
Pneumonia dalah inflasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus( Terry & Sharon, 2013).Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi eksudat peradangan ( Mutaqin ,2008). Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri ,virus ,jamur dan benda asing( Ngastiyah,2015). Pneumonia adalah peradangan pada paru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai jaringan bronkioli ( Nugroho,2011).
2. Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan RI ,pneumonia di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Pneumonia berat
b. Pneumonia ringan
c. Bukan pneumonia ( penyakitparu lain) ( Kemenkes,2018) .
Menurut Nuarif (2015) ,Klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis ,melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda .
2) Pneumonia lobularis ( Bronkopneumonia ) terjadi pada ujung akhir bronkiolus ,yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis .
3) Pneumonia Interstitial ( Bronkiolistis) proses inflasi yang terjadi didalam dinding alveoli (Interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular .
b. Pembagian etiologis
1) Bacteria: Diplococcus pneumonia, Pneumococcus,Streptococcus hemolytikus,streptococcus aureus, hemophilus, infuinzae,bacilusnfriendlander,Mycobakterium tuberculosis.
2) Virus : Respiratory syncytial virus,VirusInfluensa, Adenovirus.
3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Criptococus Neurofarmans, Blastornyces dermatitidies .
4) Aspirasi :Makanan,Kerosene( Bensin,minyakTanah),cairan amnion dan benda asing.
5) Pneumonia Hipostatik.
6) SindromLeoffler.
c. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
1) Usia 2 bulan –5 tahun
a) Pneumonia berat:
Ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b) Pneumonia:
Ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan –1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
c) Bukan pneumonia:
Ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa tarikandinding dada bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 –2 bulan:
a. Pneumonia berat:
Bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia:
Bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
3. Etiologi.
Menurut Nugroho.T. (2011),pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri : stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll.
c. Micoplasma pneumonia.
d. Jamur: candida albicans.
e. Bendaasing.
Factor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein(MEP), penyakit menahun, trauma pada paru ,anesthesia,aspirasi dan pengobatan dengan antibiotic yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015).
4. Gejala Klinis.
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia anak respon sitemik anak terhadap infeksi, agen etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan obstruksi jalan napas.
Tanda dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara lain :
a. takipnea,
b. demam
c. Batuk disertai penggunaan otot bantu nafas
d. Suara nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba kedalam tubuh manusia melalui udara aspirasi organism hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membrane paru-paru meradang dan berlobang.. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membrane respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi,, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu:
a. nyeri (akut)
b. hipertermi
c. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. bersihkan jalan nafas tidak efektif
e. gangguan pola tidur
f. pola nafas tidak efekif
g. intoleransi aktivitas.
5. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus.Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013). Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikelinfeksiusdifiltrasidihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru , partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
Infeksi pulmonal bias terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organism dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika pathogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral.Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right -to-lef tshunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia adalah:
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial) ; dapat juga menyatakan abses.
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis:
1) Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
2) Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin(2008)antara lain:
a. Manajemen Umum
1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika secret yang kental dan berlebihan.
2) Oksigenasi: jika pasien memiliki SPO2 <60 mmHg.
3) Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumoniapasti; pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernapas dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
4) Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairantambahan untuk mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
5) Operasi.
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah sekunder seperti empiema terjadi.
6) Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya: Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivate tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
8. Komplikasi
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan pneumonia adalah:
a. Pleurisi.
b. Atelektasis.
c. Empiema.
d. Absesparu.
e. Edema pulmonary.
f. Infeksi super perikarditis.
g. Meningitis.
h. Arthritis.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). MenurutNurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a) Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin.
b) Riwayat sakit dan kesehatan :
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti: ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya factor predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa obat, makanan, udara, debu.
c) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas.
d) Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa somnolen.
e) Tanda-tanda vital:
1) TD: biasanya normal
Nadi: takikardi
RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
Suhu: hipertermi
2) Kepala: tidak ada kelainan.
3) Mata: konjungtiva anemis.
4) Hidung: jikasesak, ada pernapasan cuping hidung.
5) Paru:
a) Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan otot bantu napas.
b) Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena.
c) Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
d) Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan.
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan masalah pneumonia:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan yang ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan, dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan yang ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat aktifitas ringan, sianosis.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan ,membrane mukosa pucat, penurunan berat badan selama dalam perawatan.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah beraktifitas ,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara penularan, factor resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara pencegahannya
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini perawat menentukan suatu rencana yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan masalah yang dialami pasien setelah pengkajian dan perumusan diagnosa. Menurut Moorhead (2013) dan Bulechek (2013), intervensi keperawatan yang ditetapkan pada anak dengan kasus pneumonia adalah :
a. Dx. 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan ,ditandai dengan: Perubahan frekuensi ,kedalaman pernapasan.
1) Bunyi napas tidak normal
2) Dispnea ,sianosis
3) Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan: Jalan napas efektif
Kriteria Hasil:
1) Frekuensi pernapasan normal(30-50X/mnt)
2) Irama pernapasan normal ( teratur )
3) Kemampuan untuk mengeluarkan secret( Pasien dapat melakukan batuk efektif jika memungkinkan )
4) Tidak ada suara napas tambahan ( seperti : Ronchi,wheezing, mengi)
5) Tidak ada penggunaan otot bantu napas( tidak adanya retraksi dinding dada)
6) Tidak ada batuk
Intervensi | Rasional |
1. Monitor status pernapasan dan respirasi sebagaimana mestinya
2. Posisikan pasien semi flower atau posisi flower
3. Observasi kecepatan ,irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
4. Auskultasi suara napas
5. Lakukan masase dada
6. Ajarkan teknik batuk efektif
7. Kolaborasi pemberian obat dan o2 sesuai instruksi | 1. Membantu mengurangi distress pernapasan
2. Meningkatkan ekspansiparu, ventilasi membuka area atelektasis.
3. Manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan
4. Penurunan aliran udara dapat terjadi pada area paru yang terdapat eksudat dan juga dapat menimbulkan bunyi napas tambahan yaitu krekels.
5. Memudahkan upaya bernafas dalam dan meningkatkan drainase secret dari segmen paru kedalaman bronkus, dimana dapat lebih mempercepat pembuangan dengan batuk atau penghisapan
6. Untuk membantu mengeluarkan secret
7. Untuk membantu mengeluarkan secret |
b. Dx. II.Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan ditandai dengan:
1) Sesak napas
2) Pernapasan cuping hidung
3) Penggunanan otot bantu napas
Tujuan : Pernapasan yang adekuat
Kriteria Hasil :
1) Freuensi pernapasan normal
2) Irama pernapasan normal
3) Suara auskultasi napas normal
4) Kepatenanjalannapas
5) Tidak ada penggunaan otot bantu napas
6) Tidak ada pernapasan cuping hidung
Intervensi | Rasional |
1. Posisikan pasien semi flower/posisi flower
2. Observasi kecepatan ,irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
3. Observasi pergerakan dada, kesimetrisan dada, penggunaan otot bantu napas dan retraksi pada dinding dada
4. Auskultasi suara napas
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas 6. Kolaborasi pemberian o2
7. Monitor aliran o2 | 1. Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi membuka area atelektasis 2. Manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan 3. Gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidak nyaman gerakan dinding dada ataucairanparu.
4. Berguna untukmengetahui pada daerah mana saja terjadinya suara nafas tambahan 5. Supaya keluarga pasien mengerti.
6. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas. 7. Mengurangi sesak dan sesuai dengan kebutuhan tubuh |
c. Dx. III :Gangguanpertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar kapiler ditandai dengan:
1) Dispnea
2) Sianosis
Tujuan : Gangguan gas teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Tidak dispnea saat istirahat dan aktivitas ringan.
2) Tidak sianosis yaitu kulit tampak normal atau tidak kebiruan.
Intervensi | Rasional |
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Observasia danyasuara Napas tambahan
4. Kolaborasi pemberian o2
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas | 1. Manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan 2. Supaya pasien nyaman
3. Berguna untuk mengetahui pada daerah mana saja terjadinya suara nafas tambahan. 4. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas. 5. Supaya keluarga pasien mengerti.
|
d. Dx IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh berhubungan denganasupan diet yang kurangditandai dengan :
1) Tidak ada napsu makan
2) Penurunan Berat badan
Tujuan : Meningkatkan status nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil:
1) Mampu mendemonstrasikan makan sedikit tapi sering
2) Napsu makan meningkat
3) Tidak ada penurunan berat badan
Intervensi | Rasional |
1. Observasi dan catat asupan pasien ( Cair dan padat)
2. Kaji intake dan output
3. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dan makan selagi makanan hangat
4. Anjurkan pasien untuk oral hygiene sedikitnya 2x sehari
5. Monitor BB pasien
6. Kolaborasi dengan ahli gisi untuk menentukan diet yang sesuai untuk pasien | 1. Untuk membantu mengetahui tingkat asupan pasien.
2. Untuk mengetahui balance cairan 3. Tindakan ini dapat meningkatkan masukan nutrisi meskipun nafsu makin mungkin lambat unttuk kembali. Makanan hangat dapat menurunkan rasa mual yang dirasakan klien. 4. Oral higiene juga dapat menekan rasa mual yang dirasakan pasien.
5. Untuk mengetahui peningkatan BB pasien
6. Untuk menentukan nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
|
e. Dx V : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supali dan kebutuhan oksigen yang ditandai dengan :
1) Dispnea
2) Takikardia
3) Sianosis
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria Hasil :
a) Nafas normal
b) Sianosis tidak terjadi
c) Irama jantung normal
Intervensi | Rasional |
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur
4. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan | 1. Merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan 2. Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan , meningkatkan istirahat
3. Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi ,tidur di kursi
4. Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen |
f. DX VI : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumberPengetahuan yang ditandai dengan: Bertanya tentang keadaan penyakitnya
Tujuan : Pasien dan keluarga dapat meningkatkan Pengetahuan
Kriteria Hasil:
1) Mengetahui tentang penyakit
2) Mengetahui tentang penyebab,resiko kekambuhan ,tanda dan gejala penyakit
Intervensi | Rasional |
1. Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit
2. Jelaskan pada keluarga pasien tentang penyakit, tanda gejala, penyebab, cara penularan, cara penanganan dan cara pencegahan. | 1. Mengetahui seberapa pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit
2. Membantu keluarga pasien menambah pengetahuan dan mengatasi penyakit .
|
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan yang merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
- Implementasi dari diagnose ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan mucus yang berlebihan antara lain memonitor status pernapasan ,memposisikan pasien semi flower,mengobservasi kecepatan ,irama, kedalaman dan kesulitan bernapas,Mendengar auskultasi suara napas,melakukan masase dada,mengajarkan teknik batuk efektif dan kolaborasi pemberian obat dan o2.
- Implementasi dari diagnose ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan anatara lain mengatur posisi semi flower,mengobservasi kecepatan ,irama ,kedalaman dan kesulitan bernapas ,mengobservasi pergerakan dada, kesimetrisan dada,penggunaan otot-otot bantu napas dan retraksi pada dinding dada, mendengar auskultasi suara napas,mengajarkan pasien dan keluarga menggunakan perangkat oksigen yang mempermudah mobilitas , kolaborasi pemberian o2 dan memonitor aliran o2.
- Implementasi dari diagnose gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar antara lain memonitor kecepatan, kedalaman dan kesulitan bernapas ,mempertahankan kepatenan jalan napas,mengobservasi adanya suara napas tambahan ,kolaborasi pemberian o2,mengajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan perangkat oksigen.
- Implementasi dari diagnose ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan diit yang kurang antara lain mengobservasi dan mencatat asupan nutrisi pasien,mengkaji intake dan output ,menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dan makan selagi hangat, menganjurkan untuk oral hygiene sekurang 2x sehari,memonitor BB pasien,kolaborasi dengan ahli gisi.
- Imlementasi dari diagnose Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supali dan kebutuhan oksigen antara lain mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas , menciptakan lingkungan tenang dan membatasi pengunjung, membantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur, membantu aktivitas perawatan yang diperlukan.
- Implementasi dari diagnose Defisiensi pengetahuan berhubungandengan kurang sumber Pengetahuan anatara lain mengkaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit,menjelaskan pada keluarga pasien tentang penyakit, tanda gejala, penyebab, cara penularan, cara penanganan dan cara pencegahan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
- Evaluasi pada diagnose ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan denagan mucus yang berlebihan adalah pasien bernapas dengan normal,irama pernapasan normal, mampu batuk secara efektif dan mengeluarkan secret, tidak terdengar bunyi napas tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu napas.
- Evaluasi pada diagnose ketidakefektifan polanapas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan adalah pasien bernapas normal, suara auskultasi napas normal, kepatenan jalan napas, tidak ada penggunaan otot bantu napas,tidak ada pernapasan cuping hidung .
- Evaluasi pada diagnose gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar adalah pasien tidak dispnea saat istirahat dan aktivitas ringan, tidak sianosis yaitu kulit tampak normal atau tidak kebiruan.
- Evaluasi pada diagnose diagnose ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah mampu mendemonstrasikan makan sedikit tapi sering,napsu makan meningkat,tidak ada penurunan berat badan.
- Evaluasi pada diagnose ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah nafas normal,tidak terjadi sianosis, irama jantung normal.
- Evaluasi pada diagnose Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber Pengetahuan adalah mengetahui tentang penyakit pneumonia, mengetahaui tentang penyebab, resiko, kekambuhan ,tanda gejala penyakit pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A. ( 2014).Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 8 No 8.
Bulechek,dkk.(2013).Nursing Intervention ClassificationEdisi 6.Elsevier
Christian, T. (2016).Gambaran Karakteristik Pneumonia Pada Anak Vol 4
No2. Jurnale-Clinic
Kemenkes, RI.(2018). Tatalaksana Pneumonia Balita Di FasilitasPelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
MoorheadS, dkk. (2013).Nursing Outcome ClassificationEdisi 5.Elsevier
Muttaqin, Arif.(2008).AsuhanKeperawatanKliendenganGangguanSistem
Pernapasan, SalembaMedika, Jakarta.
Ngastiyah.( 2015).Perawatan Anak Sakit ed 2. Jakarta: PenerbitBuku
Kedokteran (EGC).
Nugroho, T. (2011).AsuhanKeperawatanMaternitas, Anak, Bedah,Penyakit
Dalamcetakan 1. Yogyakarta : PenerbitNuhaMedika
Nurarif, A.H & Kusuma, H. ( 2015).AplikasiAsuhanKeperawatan
BerdasarkanDiagnosaMedis dan Nanda Nic-Noc ed 1.Jogjakart:
PenerbitMediaction
Teery& Sharon. (2013).RencanaAsuhanKeperawatan Pediatrik Jakarta: Penerbit BukuKedokteran (EGC)