Senin, 31 Agustus 2020

SISTEM ENDOKRIN

0

 

1.      Pengertian

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh.

2.    Sifat Umum dan Kelenjar Penyusun Sistem Endokrin

Menurut Tenzer (1998), kelenjar endokrin pada vertebrata (termasuk manusia) memiliki sifat umum sebagai berikut:

a.       Seluruh kelenjar endokrin berukuran kecil dan mengandung banyak pembuluh darah

b.       Berdasarkan susunan sel sekretorinya, kelenjar hormon dibedakan menjadi dua tipe:

    1.  Tipe sinusoid. Tersusun atas sel-sel sekretori berbentuk kubus atau pipih yang terletak diantara sinusoid-sinusoid dan dilengkapi dengan matriks jaringan ikat.
    2. Tipe folikel. Sel sekretori tersusun dalam kantung bulat (folikel). Folikel tersebut menimbun sekretnya dalam lumen sebelum dilepaskan dalam aliran darah. Tipe ini terdapat pada kelenjar tiroid
  1. Kelenjar pada sistem endokrin hanya berhubungan secara fungsional tanpa ada hubungan secara struktural
  2. Jumlah sekret yang disekresikan tergantung kebutuhan tubuh.
3.      Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon

Berdasarkan hakekat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu hormon peptide dan protein, steroid, dan turunan tirosin.

Steroid

Peptida

Protein Besar

Turunan Tirosin

Testosteron

Esterogen

Progesteron

Kortikosteroid

Vitamin D-3

Hormon Hipotalamus

Angiotensin

Somatostatin

Gastrin

Sekretin

Glukagon

Kalsitonin

Insulin

Parathormon

Hormon Pertumbuhan

Prolaktin

LH

FSH

TSH

Katekolamin, meliputi :

Noradrenalin

Adrenalin

Hormon Tiroid, meliputi :

Tiroksin (T4)

Triiodotironin (T3)


Selain berbagai hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon, antara lain :

  1. Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk mempengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel penghasil antibodi.
  2. Hormon Brakidin : Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja sebagai vasodilator (yang menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat meningkatkan aliran darah dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalam jumlah lebih banyak
  3.  Hormon Eritropuitin : Merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati dan ginjal, hormon ini dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di sumsum tulang sehingga tubuh akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banayak. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah.


        Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis secara luas oleh berbagai jaringan tau organ yang sebenarnya tidak berfungsi sebagai organ endokrin.

Hormon Feromon : suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke lingkunganya.dan dapat menimbulkan respons prilaku, perkembangan, reproduktif. Dan untuk memberikan daya tarik seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang sama dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.

        Sistem endokrin ini berfungsi untuk membantu mengatur dan menjaga berbagai fungsi tubuh dengan melepaskan hormon yang sering disebut sebagai pesan kimia. Hormon-hormon ini diproduksi dan disekresi oleh apa yang dikenal sebagai kelenjar endokrin.

Kelenjar endokrin ini membentuk sistem endokrin. Hormon yang mereka hasilkan dan membantu mensekresikan untuk mengatur perkembangan generatif, pencernaan, pertumbuhan, reproduksi dan fungsi jaringan. Kelenjar ini termasuk tiroid, pankreas, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, badan pineal dan kelenjar reproduksi.

       Sistem endokrin tidak bekerja sendiri, bekerja sama dengan sistem saraf dan sistem kekebalan tubuh untuk dapat membantu fungsi tubuh dengan cara yang benar. Kelenjar ialah sekelompok sel yang memproduksi dan mengeluarkan atau melepaskan bahan kimia. Menyeleksi kelenjar dan menghilangkan bahan dari darah ialah proses yang mereka lakukan dan mengeluarkan produk kimia untuk digunakan di suatu tempat di tubuh.

        Beberapa jenis kelenjar yang melepaskan sekresinya di daerah tertentu, misalnya kelenjar eksokrin seperti kelenjar keringat dan ludah, melepaskan sekresi pada kulit atau di dalam mulut. Kelenjar endokrin di sisi lain, melepaskan lebih dari 20 hormon utama langsung ke dalam aliran darah dimana mereka dapat diangkut ke sel-sel di bagian lain dari tubuh. 

 

4.      Macam Kelenjar Endokrin




a.   Kelenjar Pituitari




Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.


            Hipofisis anterior:

·     Hormon Somatotropin(untuk pembelahan sel,pertumbuhan)

·     Hormon tirotropin(sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)

·     Hormon Adrenokortikotropin(merangsang kelenjar korteks membentuk hormon)

·     Hormon Laktogenik(sekresi ASI)

· Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria pembentukan spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus luteum,pada pria merangsang sel interstitial membentuk hormon testosteron)

Hipofisis Medula(membentuk hormon pengatur melanosit)

Hipofisis posterior

    •     Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)
    •     Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air ginjal)


b.  Kelenjar Tiroid




 Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi,membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.

Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.

        Kelenjar tiroid berada pada regio servikal di sebelah anterior laring yang terdiri dari dua lobus yang disatukan oleh isthmus (gambar 6). Pada masa awal embrionik, tiroid berkembang dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah. Kelenjar tiroid berfungsi untuk membuat hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin atau T4) dan triiodotironin (T3) yang penting untuk pertumbuhan, diferensiasi sel, pengaturan laju metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di seluruh tubuh.

        Junqueira et al, et al (2012) menjelaskan bahwa parenkim tiroid terdiri dari jutaan epitel kubus yang disebut folikel tiroid. Folikel tiroid ini dilapisi oleh selapis epitel kubus dengan lumen sentral yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang disebut koloid (gambar 7) yang mengandung glikoprotein besar yaitu tiroglobulin. Tiroid adalah satu-satunya kelenjar dengan jumlah besar simpanan produk sekretorisnya.


        Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, dari capsula ini septa terjulur ke dalam parenkim dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Folikel terkemas secara rapat yang terpisah satu sama lain dan tersebar pada jaringan ikat retikuler. Sel folikel memiliki bentuk yang berfariasi sesuai aktivitas fungsional, yaitu kerika kelenjar aktif memiliki lebih banyak folikel yang terdiri atas epitel kolumnar rendah sedangkan kelenjar dengan sebagian besar sel folikular skuamosa dianggap hipoaktif.

Jenis sel lain yaitu sel parafolikel atau sel C yang juga terdapat pada lamina basal epitel folikel membentuk kelompok sendiri diantara folikel-folikel (gambar 8). Sel C ini menyintesis dan mensekresi kalsitonin yang berfungsi menekan reabsopsi tulang oleh osteoklas (Junqueira et al 2012). Hampir semua kedua hormon tiroid dibawa dalam darah dengan berikatan erat dengan protein plasma. Tiroksin (tetraiodotironin atau T4) adalah senyawa yang lebih banyak dijumpai, dan membentuk 90% hormon tiroid yang beredar.


c.   Kelenjar Paratiroid



 Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.

·     Struktur Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratiroid terdiri atas empat massa oval kecil, terletak di belakang kelenjar tiroid, satu pada masing-masing kutub atas dan bawah, umumnya terbenam dalam simpai kelenjar yang besar. Setiap kelenjar terdapat dalam simpai yang menjulurkan septa ke dalam kelenjar yang berbaur dengan serat retikular yang menyangga kelompok sel sekretoris yang berderet memanjang.


Kelenjar ini memiliki jenis sel prinsipal (utama/chief cell) dan sel oksifil. Sel utama merupakan sel poligonal kecil dengan inti bulat dan sitoplasma sedikit asidofilik dan bergranula sekretoris yang di dalamnya terdapat polipeptida hormon paratiroid (PTH) yaitu suatu regulator utama kadar kalsium darah. Sel oksifil berukuran lebih besar dan berjumlah lebih sedikit daripada sel utama. Sel ini merupakan derivat transisional dari sel utama.


Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid dan kalsitonin yang memiliki efek yang berlawanan yang menciptakan mekanisme ganda pengaturan kadar Ca2+  darah yang merupakan faktor penting dalam homeostatis. Hormon paratiroid menargetkan osteoblas yang merespon dengan menghasilkan suatu faktor penstimulasi-osteoklas untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas.


Hal ini meningkatkan resorpsi matriks tulang berkapur dan pelepasan Ca2+  sehingga meningkatkan kadar Ca2+  dalam darah yang mengakibatkan produksi hormon paratiroid menurun. Kalsitonin dari kelenjar tiroid menghambat aktivitas osteoklas sehingga menurunkan kadar Ca2+ darah dan meningkatkan osteogenesis.


Hormon paratiroid juga meningkatkan penyerapan Ca2+  dari saluran cerna dengan menstimulasi sintesis vitamin D. Hormon ini juga berperan dalam menurunkan kadar fosfat darah ysng merupakan efek dari sel tubulus ginjal yang mengurangi penyerapan fosfatnya dan memungkinkan lebih banyak ekskresi fosfat dalam urin. Kekurangan hormon ini menyebabkan ketidaknormalan tulang dan gigi. Adapun aktivitas partiroid dikendalikan oleh kadar kalsium darah dan tidak dipengaruhi langsung oleh kelnjar endokrin lain maupun sistem saraf (Tenzer, 1998).


d.  Kelenjar Adrenalin

 

Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal (gambar 1), dan terbenam dalam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke bagian dalam kelenjar sebagai trabekula. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapisan konsentris, yaitu korteks adrenal dan medula adrenalis

Korteks dan medula dapat dibedakan berdasarkan asal, fungsi, dan ciri morfologi selama masa perkembangan embrional. Kedua struktur tersebut berasal dari lapisan germinal yang berbeda, korteks berasal dari mesoderm dan medula terdiri dari sel-sel yang berasal dari krista neuralis. Secara morfologi korteks adrenal berada pada lapisan perifer dan berwarna kekuningan, sedangkan medula adrenalis berada di tengah dan berwarna coklat-kemerahan (Junqueira et al 2012).


Junqueira et al, et al (2012) menyebutkan bahwa kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk di berbagai tempat di sekitar tepinya. Sel medula adrenalis menerima darah arteri dan arteri medula serta darah vena yang berasal dari kapiler korteks. Kapiler korteks dan medula membentuk vena medularis di sentral yang bergabung dan meninggalkan kelenjar sebagai vena adrenalis.


Pada korteks adrenal, memiliki sel-sel khas yaitu sel penyekresi steroid. Sel penyekresi hormon tersebut tidak menyimpan produknya di dalam granul, namun steroid berdifusi bebas melalui membran plasma dan tidak memerlukan eksositosis yang akan dilepaskan dari sel. Korteks adrenal memiliki tiga zona konsentris dengan seretan sel epitel yang tersusun agak berbeda.


·     Zona glomerulosa

Lapisan ini berada tepat di dalam simpai jaringan ikat dengan deretan sel-sel kolumnar atau piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau melengkung, yang dikelilingi kapiler. Sel-sel zona glomerulosa mensekresikan mineralocorticoids, senyawa yang berfungsi dalam pengaturan natrium, kalium, dan air. Produk utama adalah aldosteron, bekerja pada tubulus kontortus distal nefron dalam ginjal, mukosa lambung, dan ludah dan kelenjar keringat untuk merangsang reabsorpsi natrium (Ross, 2011)


·     Zona fasciculata

Zona ini terdiri dari deretan panjang setebal satu atau dua sel polihedral panjang yang dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sel pada zona ini mensekresikan glukokortilois, terutama kortisol yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Kortisol menginduksi mobilisasi lemak di jaringan adiposa subkutan dan pemecahan protein di otot.

 


·     Zona retikularis

Lapisan ini merupakan lapisan yang berbatasan dengan medula dan terdiri dari sel kecil yang tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar. Sel zona ini juga mensekresi kortisol, tetapi yang utama adalah mensekresi androgen lemah yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA) yang diubah menjadi testosteron pada beberapa jaringan lain

Medula adrenalis terdiri dari sel-sel polihedral besar, tersusun berupa deretan atau kelompok dan ditunjang oleh serabut retikuler. Sebagian besar kapiler sinusoid berada bersebelahan dan terdapat juga sejumlah sel ganglion parasimpatis. Sel parenkim medula yang dikenal sebagai sel kromafin memiliki banyak granula untuk sekresi dan penyimpanan hormon. Granula tersebut mengandung salah satu dari dua katekolamin, epinefrin atau norepinefrin.


Sel kromafin medula dipersyarafi oleh ujung syaraf kolinergik dari neuron simpatis praganglionik yang memicu pelepasan hormon melalui eksositosis.  Epinefrin dan norepinefrin dilepaskan ke darah dalam jumlah besar selama reaksi emosional yang intens (Junqueira et al 2012).


e.   Kelenjar Pineal


Ross (2011) menjelaskan bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin atau neuroendokrin yang mengatur irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia, kelenjar ini terletak di dinding posterior ventrikel ketiga yang melekat pada otak dan berbentuk kerucut yang sangat kecil.


Kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia meter dan terjulur septa yang mengandung pembuluh darah kecil membagi berbagai kelompok sel sekretoris yang mencolok dan berjumlah banyak yaitu pinealosit. Sel-sel ini menghasilkan melatonin yang merupakan suatu derivat triptofan.


Serabut saraf simpatis tidak bermielin memasuki kelenjar pineal dan berakhir di antara pinealosit. Selain sel pinealosit juga terdapat sel glia interstisial yang menyerupai astrosit. Sel tersebut memiliki inti panjang yang terpulas lebih kuat daripada inti pinealosit. Jumlah atrosit pineal ini hanya sekitar 5% (Junqueira, et al, 2012).


Melatonin yang dilepaskan dari pinealosit bertambah pada kegelapan dan menurun selama terang. Pada manusia perubahan jumlah sekresi melatonin ini berperan penting dalam pengaturan irama harian aktivitas tubuh. Melatonin yang dilepaskan saat kegelapan mengatur fungsi reproduksi untuk menghalangi aktivitas steroidogenik pada gonad (Ross, 2011).


f.    Pankreas


 

Pankreas : Kelenjar ini menghasilkan hormon insulin

g.   Testis

 



Testis      : Menghasilkan hormon testosteron

h.   Ovum



Ovum     :Menghasilkan hormon estrogen yang berfungsi untuk menebalkan dinding rahim dan progesteron yang berfungsi untuk menjaga ketebalan dinding rahim.

i.     Jantung

Atrial natriuretic peptide (ANP) atau faktor natriuretik atrium (ANF) adalah hormon peptida natriuretik yang dikeluarkan dari atrium jantung. Peptida natriuretik (ANP, BNP, dan CNP) adalah keluarga faktor hormon / parakrin yang terkait secara struktural. Fungsi utama ANP menyebabkan pengurangan volume cairan ekstraseluler (ECF) yang diperluas dengan meningkatkan ekskresi natrium ginjal. ANP disintesis dan disekresikan oleh sel otot jantung di dinding atrium di jantung. Sel-sel ini mengandung reseptor volume yang merespons peningkatan peregangan dinding atrium karena peningkatan volume darah atrium.

j.       Ginjal

Ginjal mengeluarkan hormon bermacam-macam termasuk erithropoietin, calcitriol, dan renin. Erithropoeitin dikeluarkan sebagai respons terhadap hipoksia (kadar oksigen rendah di tingkat jaringan) dalam sirkulasi ginjal. Hormon ini merangsang erithropoiesis (pembuatan sel darah merah) di dalam sumsum tulang. Calcitriol, bentuk aktif vitamin D, meningkatkan penyerapan kalsium dalam usus dan penyerapan fosfat kembali oleh ginjal. Renin adalah enzim yang mengatur kadar angiotensin dan aldosteron.

 5. Mekanisme Aksi Hormon

Hormon adalah pembawa pesan kimia yang disekresikan langsung dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin. Mereka adalah target spesifik dan terikat pada reseptor spesifik.

Sebelum kita memahami mekanisme kerja hormon, mari kita lihat apa itu reseptor hormon. Setiap hormon memiliki reseptor yang ditemukan pada membran sel organ target. Setelah hormon mengikat reseptor yang ditentukan, serangkaian tindakan dimulai untuk melepaskan kurir sekunder di dalam sel. Utusan sekunder ini bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi ke nukleus atau organel lain. Berdasarkan strukturnya, reseptor terdiri dari berbagai jenis:

Reseptor Internal - mereka dapat berupa nuklir atau sitoplasma. Reseptor nuklir ditemukan pada membran nuklir sedangkan reseptor sitoplasma ditemukan di sitoplasma sel. Reseptor ini untuk hormon steroid.

Reseptor Eksternal– Ini adalah reseptor transmembran yang tertanam di lapisan lipid membran sel. Reseptor ini untuk yang protein. Atas dasar pengikatan hormon pada reseptor spesifik mereka, mekanisme kerja hormon dikategorikan ke dalam dua kelompok.  yaitu Mekanisme reseptor membran tetap dan  Mekanisme reseptor seluler

 

Mekanisme Reseptor Membran Tetap

Hormon-hormon yang merupakan protein atau amina dalam komposisi seperti Hormon pertumbuhan, ADH, oksitosin, Insulin, Adrenalin, FSH, TSH dll menunjukkan mekanisme aksi ini. Hormon-hormon ini larut dalam air dan tidak dapat melewati membran lipid dan mereka memiliki reseptor target pada membran sel. Reseptor melekat pada membran sel, sehingga hormon dapat mengikat reseptor spesifik. Pengikatan hormon pada reseptor spesifik pada sel target mengaktifkan enzim Adenylcyclase dalam membran sel dan menyebabkan produksi AMP siklik (cAMP). cAMP bertindak sebagai pengirim pesan sekunder. Ini berdifusi melalui membran sel dan mengaktifkan (Protein Kinase) berbagai reaksi enzimatik untuk menyebabkan perubahan biokimia. Setelah sel target merespons perubahan tersebut, cAMP dinonaktifkan oleh sekelompok enzim Phosphodiesterase

 

 

Mekanisme reseptor seluler

Hormon yang larut dalam lemak seperti hormon steroid dan hormon asam lemak dapat dengan mudah melewati membran plasma. memiliki reseptor di dalam sel, bebas mengambang di sitoplasma. Mengikat hormon ke reseptor spesifik mengaktifkan aktivitas enzimatik sel untuk perubahan biokimia. Beberapa hormon (testosteron, progesteron, estrogen, kortisol, tiroksin) memiliki reseptornya terlokalisasi di dalam nukleus, kompleks hormon-reseptor dibawa di dalam nukleus. Kompleks hormon-reseptor memulai transkripsi DNA untuk membentuk mRNA spesifik. mRNA memulai sintesis protein dalam sitoplasma. Protein (enzim) menyebabkan perubahan biokimia dalam sel.

         mekanisme kerja enzim

Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologi (makhluk hidup). Oleh karena merupakan katalisator dalam sistem biologi, enzim sering disebut biokatalisator. Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak mengubah kesetimbangan reaksi atau tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi. Zat itu sendiri (enzim) tidak ikut dalam reaksi sehingga bentuknya tetap atau tidak berubah.

 

6. Cara Kerja Enzim

Sebagaimana kita ketahui, enzim bertindak sebagai katalis, artinya enzim dapat meningkatkan laju reaksi kimia tanpa ikut bereaksi atau dipengaruhi oleh reaksi kimia tersebut. Pada dasarnya, cara kerja enzim meningkatatkan laju reaksi. 

Cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori gembok dan anak kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.

1.       Teori gembok dan kunci (Lock and key theory)
Teori ini dikemukakan oleh Fischer (1898). Enzim diumpamakan sebagai gembok yang mempunyai bagian kecil dan dapat mengikat substrat. Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat disebut sisi aktif. Substrat diumpamakan kunci yang dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. Selain sisi aktif, pada enzim juga ditemukan adanya sisi alosterik. Sisi alosterik dapat diibaratkan sebagai sakelar yang dapat menyebabkan kerja enzim meningkat ataupun menurun. Apabila sisi alosterik berikatan dengan penghambat (inhibitor), konfigurasi enzim akan berubah sehingga aktivitasnya berkurang. Namun, jika sisi alosterik ini berikatan dengan aktivator (zat penggiat) maka enzim menjadi aktif kembali.

2.    Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.



TUGAS

 

UNTUK MENGERJAKAN SOAL, SILAHKAN KLIK DISINI


Author Image

About ALVA MUSTAMU
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

Tidak ada komentar: